Ketika hasrat berpetualang Anda terwujud menyusuri sungai terpanjang di
Indonesia itu maka pastinya akan menjumpai rumah panjang suku Dayak. Rumah
Betang adalah jantung dari struktur sosial kehidupan suku Dayak sekaligus
cerminan hidup keseharian salah satu suku adat yang mengagumkan itu.
Perhatikan bagaimana rumah betang yang rutin
mengeluarkan kepulan asap lambat laun hilang di balik rindangnya dedaunan hutan
tropis Kalimantan. Itulah pertanda denyut kehidupan tetap bergeliat di dalam
hutan dan sisi Sungai Kapuas. Para ibu suku Dayak baru saja menyiapkan
air kelapa untuk makan besar yang harumnya akan mengundang air liur Anda.
Rumah panjang suku Dayak biasanya terdiri lebih
dari 50 ruangan dengan banyak dapur sehingga menjadikannya sebagai salah satu
rumah terpanjang yang pernah dibangun. Meskipun rumah panjang tersebut terlihat
sangat sederhana namun nyatanya memiliki daya tahan luar biasa karena sebagain
besar dibangun berabad-abad lalu.
Saat ini masih ada beberapa rumah betang kokoh
berdiri berbahan kayu ulin (kayu besi) yang terkenal kuat. Rumah betang
biasanya dibangun di atas tiang setinggi 5 sampai 8 meter, sedangkan untuk
masuk ke dalam rumah menggunakan tangga (tangka) sederhana. Karena
tangganya yang kurang kokoh maka Anda harus berhati-hati ketika menaikinya satu
per satu.
Suku Dayak merupakan suku asli Kalimantan, pulau
besar yang dikenal juga dengan nama Borneo. Suku Dayak menghuni dataran tinggi,
pedalaman hutan, dan di sepanjang pinggiran sungai pulau ini. Mereka disegani
karena kehandalannya berburu di hutan dan saat ini suku Dayak hidup dengan
bertani, menghasilkan produk hutan, menenun, atau mengukir kayu.
Rumah panjang dikenal dengan nama lain betang atau lamin. Umumnya rumah adat ini
terletak di pinggiran sungai dan dibangun di atas tiang yang kokoh agar
terhindar dari banjir musiman. Sungai sangat berperan penting bagi kehidupan
mereka karena berfungsi sebagai penyedia makanan dan minuman. Selain itu, tentu
saja sebagai penghubung ke dunia luar.
0 komentar:
Posting Komentar