Selasa, 20 Januari 2015


Indonesia Negara yang sangat kaya dan unik, negara Indonesa juga beraneka ragam suku bangsanya. Tapi sangat disayangkan setelah banyak pengakuan dari negara lain bahwa tari pendet, masakan padang, reog diponogoro diclaim oleh negara tetangga. Apakah setelah banyak budaya lain diclaim negara lain barulah Indonesia merasa itu adalah budaya yang harus dilestarikan?.
Negara tetangga menjadikan budaya Indonesia sebagai aset pariwisata yang sangat menguntungkan. Lantas mengapa Indonesia tidak melakukan itu? yang berdampak positif bagi negaranya, baik dalam bertambahnya pendapatan negara dan juga sebagai suatu langkah untuk melestarikan budaya sendiri.
Di Kalimantan Barat, khususnya di Dusun Turban, Parit Punggur, Desa Tembang Kacang Hulu, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Pengurus Cabang PMII Kubu Raya dan IPPNU Kubu Raya meresmikan daerah itu sebagai ‘Kampung Budaya’ pada Rabu (22/1).
Ketua PC Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Kubu Raya, Mustain mengatakan, penamaan ‘Kampung Budaya’ merupakan semacam penegasan agar sikap hidup masyarakat Desa, seperti bersama-sama membersihkan Masjid sebelum dan sesudah Shalat Jumat, mengunjungi tetangga yang sakit, kumpul tiap malam jumatan untuk tahlilan, terus dipertahankan dan dilestarikan. “Budaya kami pahami bukan sekadar ritual atau tradisi. Tetapi budaya merupakan nilai-nilai idealitas manusia dalam bersosialisasi, membangun kehidupan bersama secara santun dan damai,” tegasnya.
Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi satu contoh mengukuhkan sikap berbudaya itu. Bagaimana bisa?, tiap warga yang bermukim di Desa setempat secara ikhlas dan serempak membawa sajian aneka buah-buahan ke Masjid Ash-Shobirin, tempat digelarnya acara Maulid Nabi itu.
Di samping itu, Mustain melanjutkan, sisi etis pada perayaan Maulid Nabi adalah kebersamaan warga yang membawa suguhan aneka buah-buahan untuk para undangan, menyajikan kue dan makanan khas Indonesia secara bahu-membahu. Budaya kebersamaan, menurutnya, merupakan poin penting untuk menciptakan harmoni antarwarga. “Semua warga dari seluruh umur memadati tempat dilaksanakannya acara. Ada cinta dan kebersamaan dalam Maulid Nabi,” katanya disela-sela acara itu berlangsung.
Tokoh masyarakat setempat, H Muhammad Sholeh, 58, sangat mengapresiasi tindakan inovatif PMII dan IPPNU yang membentuk Dusun Turban sebagai ‘Kampung Budaya’. Menurut Muhammad, penamaan ‘Kampung Budaya’ dapat menjadi acuan masyarakat setempat untuk selalu menjaga tradisi budaya yang sudah berlangsung turun-temurun. “Tidak hanya itu, semoga penamaan Kampung Budaya ini membuat masyarakat menjaga nilai-nilai budaya seperti gotong-royong, silaturahmi, mengunjungi warga yang sakit dan sikap-sikap berbudaya lain, agar tidak lenyap dimakan jaman,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan, perayaan Maulid Nabi Muhammad sudah ada sejak ia masih kecil. Perayaan itu pun tak hanya digelar di Desa Tembang Kacang Hulu, tetapi juga dirayakan pada pemukiman-pemukiman muslim di tempat lain. “Masyarakat di sini berbaur satu sama lain. Ada Melayu, Banjar, Madura dan Bugis. Semuanya bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW,” tuturnya.
Warga lainnya, Tamam, 26, juga menyambut baik penamaan kampungnya sebagai ‘Kampung Budaya’, supaya masyarakat tetap memegang erat nilai-nilai kebersamaan dan kepedulian dalam hidup. “Senangnya lagi, ada penyampaian materi tentang budaya kepada anak-anak kecil di dusun ini,” ucapnya.
Dilanjutkan Mustain, pemberian materi tentang budaya kepada anak-anak memang menjadi kegiatan mutlak ‘Kampung Budaya’. Tiap sebelum anak-anak belajar mengaji di Masjid, disampaikan materi-materi budaya. “Kader PMII dan IPPNU itu banyak tersebar di Desa-Desa Kubu Raya. Tiap kader, mengajarkan anak-anak tentang budaya di kampungnya masing-masing. Jadi, program Kampung Budaya ini tidak hanya di Dusun Turban saja, di Dusun-Dusun lain akan kite kukuhkan sebagai Kampung Budaya karena budaya merupakan identitas sebuah bangsa,” pungkas Mustain.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Total Pageviews

Sekilas