Indonesia Negara yang sangat kaya
dan unik, negara Indonesa juga beraneka ragam suku bangsanya. Tapi sangat
disayangkan setelah banyak pengakuan dari negara lain bahwa tari pendet,
masakan padang, reog diponogoro diclaim oleh negara tetangga. Apakah setelah
banyak budaya lain diclaim negara lain barulah Indonesia merasa itu adalah
budaya yang harus dilestarikan?.
Negara tetangga menjadikan budaya
Indonesia sebagai aset pariwisata yang sangat menguntungkan. Lantas mengapa
Indonesia tidak melakukan itu? yang berdampak positif bagi negaranya, baik
dalam bertambahnya pendapatan negara dan juga sebagai suatu langkah untuk
melestarikan budaya sendiri.
Di Kalimantan Barat, khususnya di
Dusun Turban, Parit Punggur, Desa Tembang Kacang Hulu, Kecamatan Sungai Raya,
Kabupaten Kubu Raya, Pengurus Cabang PMII Kubu Raya dan IPPNU Kubu Raya
meresmikan daerah itu sebagai ‘Kampung Budaya’ pada Rabu (22/1).
Ketua PC Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia (PMII), Kubu Raya, Mustain mengatakan, penamaan ‘Kampung Budaya’
merupakan semacam penegasan agar sikap hidup masyarakat Desa, seperti
bersama-sama membersihkan Masjid sebelum dan sesudah Shalat Jumat, mengunjungi
tetangga yang sakit, kumpul tiap malam jumatan untuk tahlilan, terus
dipertahankan dan dilestarikan. “Budaya kami pahami bukan sekadar ritual atau
tradisi. Tetapi budaya merupakan nilai-nilai idealitas manusia dalam
bersosialisasi, membangun kehidupan bersama secara santun dan damai,” tegasnya.
Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW
menjadi satu contoh mengukuhkan sikap berbudaya itu. Bagaimana bisa?, tiap
warga yang bermukim di Desa setempat secara ikhlas dan serempak membawa sajian
aneka buah-buahan ke Masjid Ash-Shobirin, tempat digelarnya acara Maulid Nabi
itu.
Di samping itu, Mustain melanjutkan,
sisi etis pada perayaan Maulid Nabi adalah kebersamaan warga yang membawa
suguhan aneka buah-buahan untuk para undangan, menyajikan kue dan makanan khas
Indonesia secara bahu-membahu. Budaya kebersamaan, menurutnya, merupakan poin
penting untuk menciptakan harmoni antarwarga. “Semua warga dari seluruh umur
memadati tempat dilaksanakannya acara. Ada cinta dan kebersamaan dalam Maulid
Nabi,” katanya disela-sela acara itu berlangsung.
Tokoh masyarakat setempat, H
Muhammad Sholeh, 58, sangat mengapresiasi tindakan inovatif PMII dan IPPNU yang
membentuk Dusun Turban sebagai ‘Kampung Budaya’. Menurut Muhammad, penamaan
‘Kampung Budaya’ dapat menjadi acuan masyarakat setempat untuk selalu menjaga
tradisi budaya yang sudah berlangsung turun-temurun. “Tidak hanya itu, semoga
penamaan Kampung Budaya ini membuat masyarakat menjaga nilai-nilai budaya
seperti gotong-royong, silaturahmi, mengunjungi warga yang sakit dan
sikap-sikap berbudaya lain, agar tidak lenyap dimakan jaman,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan, perayaan Maulid
Nabi Muhammad sudah ada sejak ia masih kecil. Perayaan itu pun tak hanya
digelar di Desa Tembang Kacang Hulu, tetapi juga dirayakan pada
pemukiman-pemukiman muslim di tempat lain. “Masyarakat di sini berbaur satu
sama lain. Ada Melayu, Banjar, Madura dan Bugis. Semuanya bershalawat kepada
Nabi Muhammad SAW,” tuturnya.
Warga lainnya, Tamam, 26, juga
menyambut baik penamaan kampungnya sebagai ‘Kampung Budaya’, supaya masyarakat
tetap memegang erat nilai-nilai kebersamaan dan kepedulian dalam hidup.
“Senangnya lagi, ada penyampaian materi tentang budaya kepada anak-anak kecil
di dusun ini,” ucapnya.
Dilanjutkan Mustain, pemberian materi tentang
budaya kepada anak-anak memang menjadi kegiatan mutlak ‘Kampung Budaya’. Tiap
sebelum anak-anak belajar mengaji di Masjid, disampaikan materi-materi budaya.
“Kader PMII dan IPPNU itu banyak tersebar di Desa-Desa Kubu Raya. Tiap kader,
mengajarkan anak-anak tentang budaya di kampungnya masing-masing. Jadi, program
Kampung Budaya ini tidak hanya di Dusun Turban saja, di Dusun-Dusun lain akan
kite kukuhkan sebagai Kampung Budaya karena budaya merupakan identitas sebuah
bangsa,” pungkas Mustain.
0 komentar:
Posting Komentar