Rabu, 21 Januari 2015

 
Bukit Jamur merupakan suatu bukit yang sebagian besar terhampar bebatuan yang cukup besar tak heran sebutan lainya oleh pengunjung menamainya bukit batu . Lokasi bukit Jamur ini terletak di Kabupaten Bengkayang,tepatnya di kelurahan Bumi emas Jaku malunu.
Jarak bukit jamur kurang lebih 6 km dari pusat kota Bengkayang untuk mencapai ke lokasi tersebut kurang lebih memakan waktu 1 sampai 2 jam berjalan kaki.Letak lokasi ini memang sangat strategis  sangat mudah diakses oleh pengunjung.
Sebelum menuju bukit Jamur kita akan melewati jembatan gantung atau jembatan cinta salah satu sebutan lain bagi sebagian remaja setempat,disebut jembatan cinta dikarenakan pada sore hari banyak muda mudi berkumpul untuk mencari pasangan hidup. Dibawah jembatan gantung dialiri sungai sebalo yang merupakan salah satu sungai dengan kandungan emas yang cukup tinggi.



Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya merupakan Kawasan konservasi yang menjadi taman nasional yang terletak di jantung Pulau Kalimantan, tepatnya di perbatasan antara provinsi Kalimantan Barat Kabupaten Melawi dengan Kalimantan Barat. Kawasan ini memiliki peranan penting dalam Fungsi hidrologis sebagai catchment area bagi Daerah Aliran Sungai Melawi di Kalimantan Barat dan Daerah Aliran Sungai Katingan di Kalimantan Barat.
Kawasan hutan Bukit Baka-Bukit Raya Merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan tropika pengunungan yang mendoninasi puncak-puncak Pegnungan Schwaner. Bukit Baka-Bukit Raya merupakan gabungan Cagar Alam Bukit Baka di Kalimantan Barat dan Cagar Alam Bukit Raya di Kalimantan Tengah. Penetapan Kawasan Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 281/Kpts- II/1992, tanggal 26 Februari 1992 seluas 181.090 Ha.
Kawasan hutan Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya didominir oleh puncak-puncak pegunungan Schwaner. Keberadaan pegunungan tersebut merupakan perwakilan dari tipe ekosistem hutan hujan tropika pegunungan dengan kelembaban relatif tinggi (86%). 





Ketapang adalah salah satu Kabupaten di Kalimantan Barat yang memiliki potensi alam dan kebudayaan yang sangat tinggi, sehingga Kabupaten Ketapang atau bisa juga disebut sebagai Kota Kayong cukup terkenal. Budaya yang berkembang di Kabupaten Ketapang sanggat banyak, hampir setiap daerah di Kabupaten Ketapang memiliki ciri budayanya sendiri. Semua itu adalah bentuk  perpaduan yang terjadi dari semua budaya yang ada. Selain itu Ketapang juga dikenal dengan istilah Tanah Kayong yang memiliki sejarah kerajaan dan berbagai Seni Budaya terdapat didalam kebudayaan itu. Seni Budaya adalah wujud dari rasa kagum dan penghargaan semua masyarakat Kayong dengan perkembangan budaya yang ada. Setiap daerah di Kabupaten Ketapang memiliki seni-seni yang bermacam ragam dan menarik. Salah satu seni budaya yang terus dijaga untuk dilestarikan di Kabupaten Ketapang adalah Syair Gulung. Syair Gulung di jadikan suatu alat untuk para pemuda atau siapapun untuk mengungkapkan segala apa yang ada di dalam fikiran nya.
Asal Mula Syair Gulung pada awalnya hanyalah sebuah bentuk karangan atau disebut kengkarangan, lambat laun berubah menjadi Syair Gulung dikarenakan ditulis di atas kertas kemudian digulung dan disimpan di dalam paruh burung, di dalamnya banyak memuat bentuk-bentuk dari penginternalisasian terhadap ayat-ayat Al-Qur`an, berupa bait-bait kata yang indah mengandung nasehat dan petunjuk hidup agar senantiasa masyarakat berpegangan teguh dengan al-Qur`an sebagai sumber hukum agama yang juga merupakan firman dari Rabb Aja Wa Jala dalam kehidupan kesehariannya sebagai seorang Melayu. Dahulunya Syair Gulung dipakai oleh para da`i-da`i yang datang ke Tanah Kayong atau Tanjung Pura sebagai Mediasi dalam menyebarkan dakwah Islam. Dalam sejarahnya Syair Gulung merupakan salah satu bentuk lisan namun setelah masuknya Islam maka kerajaan Tanjung Pura mulai terbuka dengan dunia luar dan mulai mengenal aksara, selain itu Syair Gulung mulai ditulis di atas kertas atau apapun pada masa itu untuk memudahkan sang pengarang dalam menyampaikan syairnya. Lewat tulisan memungkinkan terjadinya visualisasi atau respons dari indra mata yang akanmerangsang otak dari si pengarang menghapal dari tulisannya tersebut. Menurut sejarah masuknya Syair Gulung ke Tanah Kayong, tanah Tanjung Pura yang sekarang bernama Kabupaten Ketapang, seiring dengan berkembangnya ajaran Islam. Penyiar agama Islam pada waktu itu bernama Syekh Hasan al-Qadrie
Pada zaman kejayaan Kerajaan Tanjung Pura, masyarakat pada waktu itu banyak yang masih menganut agama Hindu dan Animisme, terutama masyarakat yang tinggal jauh dari pusat kerajaanTanjung Pura, oleh karena itulah Syekh Magribi menggunakan berbagai macam cara untuk menyiarkan agama Islam. Salah satu sarana pendekatannya adalah menggunakan pendekatan kesastraan sebab dengan bahasa sastra dapat menyentuh sisi intuisif dari yang mendengarkannya. Ini juga didukung oleh kebiasaan masyarakat Melayu yang gemar melantunkan Syair dalam bentuk apapun. Menurut sumber dari para pemuka adat Melayu yang tergabung dalam Majelis Adat Budaya Melayu (MABM), ada beberapa versi tentang sejarah keberadaan Syair Gulung. Kebanyakan dari mereka menyepakati bahwa Syair Gulung pada dasarnya sudah ada di Tanah Kayong Tanjung Pura pada saat Islam pertama kali. Kemungkinkan Islam masuk dibawa oleh Syekh Hasan Al-Qadrie atau juga dibawa oleh da`i-da`i dari bangsa Melayu yang datang ke Tanah Kayong yang kemudian dilanjutkan oleh Syekh Magribi.
Adapun dari mereka yang meyakini bahwa Syair Gulung pada dasarnya sudah ada jauh sebelum masuknya Islam, dikarenakan bangsa Melayu merupakan bangsa yang gemar akan sastra, dan sastra merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan orang-orang Melayu Sehingga unsur-unsur Islami yang ada di dalam Syair Gulung merupakan bentuk akulturasi dari internalisasi nilai-nilai Islam yang direduksi dari Al-Qur`an dan Hadits ke dalam sastra sebagai mediasi pendekatan dakwah.
Pada mulanya Syair Gulung mensyiarkan tentang sejarah Kehidupan Nabi Muhammad sebagai mediasi dakwah. Lambat laun peranan Syair Gulung mengalami perubahan tidak hanya sebagai mediasi dalam berdakwah tetapi juga sudah masuk dalam aspek-aspek lain dari kehidupan masyarakat Melayu Tanah Kayong seperti pada zaman sekarang Syair Gulung sering dilantunkan di acara-acara adat, acara pernikahan, sunatan, selamatan orang naik Haji, bahkan merebah sampai ke acara-acara resmi di dalam pemerintahan Kabupaten Ketapang. Dari aspek inilah menjadikan Syair Gulung bertambah perannya dalam kehidupan Masyarakat Melayu Tanah Kayong.
Syair gulung dimulai dengan puji pujian kepada Allah, Rasul serta para sahabat seperti pada permulaan pidato atau khutbah seperti contoh berikut ini:

Bismillah itu Permulaan Qalam
Dengan Name Allah Haliqul ‘Alam
Memberi Syafaat Siang dan Malam Kepade Mahluk Seisi Alam
Alhamdulillah Mule dikate
Memuji Allah Tuhan Semeste
Empat Puji Ade Beserte
Semua Terpulang Pade Allah Ta’ale
Ashshala Tu Washshala Mu’ala Saidine
Pesuruh Allah Tuhan Rabbane
Dielah Penghulu Alim Sempurne
Menyuruh Beriman Tiade Line



Melawi - NANGA PINOH, - Melawi sudah cukup lama menjadi kabupaten, namun belum memiliki tempat pariwisata. Padahal bukan sudah menjadi rahasia umum bahwa potensi objek wisata di Melawi cukup banyak, namun belum tersentuh pembangunan.
Untuk memulai membangun potensi objek wisata itu, Dinas Pemuda, Olahraga Budaya dan Pariwisata (Disporabudpar) membentuk Kelompok Dasar wisata (Pokdarwis).

“Kita sedang membangun insfrastruktur pariwisata salah satunya ada 15 kelompok masyarakat yang menjadi kelompok sadar wisata. Masing-masing daerah kelompok tersebut memiliki objek wisata,” kata Kepala Disporabudpar, Drs Bachtiar AL, di ruang kerjanya, Rabu (7/1).

Pokdarwi itu diantara kelompok tersebut, berada di Desa Nanga Raya dengan nama kelompok Gurung Nibung. Potensi wisata berupa air terjun dengan anggota 27 orang. Di Desa Merpak ada objek wisata berupa danau yang kelompok wisatanya bernama Cek Dam. Dibentuk tahun 2014 silam dengan anggota sebanyak 27 orang.

Di Nanga Kebebu ada kelompok Pasak Sebaju dengan anggota sebanyak 62 orang. Objek wisata yang dijual berupa kawasan hutan rawa gambut. Di bentuk tahun 2013 yang saat ini sedang melakukan pemetaan kawasan rasau yang diperkirakan sekitar 300 Ha.

Desa Engkurai ada  Pokdarwis yang bernama Gurung Gunak. Dibentuk tahun 2012 dengan objek wisata air terjun. Anggota Pokdarwis sebanyak 23 orang. Di Desa Poring ada kelompok dasar wisata yang diberi nama Nobung dengan anggota kelompok 23 orang dibentuk tahun 2012. Objek wisata yang dijual berupa riam Batu Licin.

Kecukuh ada kelompok Mandau Perisai yang dibentuk tahun 2010 silam. Wisata yang dijual wisata budaya pembuatan Mandau dan Perisai dengan anggota yang ngurus sebanyak 28 orang. Di Desa Melona ada Pokdarwis bernama Berimpai yang diurus sebanyak 20 orang. Objek wisata air terjun Sahai Segarau.

Bina Jaya dan Belaban Ella juga ada kelompok wisata masing-masing anggotanya sebanyak 27 orang dan 23 orang. Keduanya sama-sama menjual Arum Jeram. Begitu pula di Nanga Sayan ada riam di Sungai Pinoh. Kelompok di Nanga Sayan 23 orang.

Sementara di penyangga Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR), desa Mawang Mentatai. Dibentuk tahun 2013 dengan anggota 18 orang. Objek wisata yang dijual wisata air terjun. Di desa Pemuar, kecamatan Belimbing ada objek wisata yang memang sudah terkenal di Melawi, yakni bukit Matuk. Pokdarwis beranggotakan 27 orang.

Objek wisata rumah betang pun ada di Melawi, di Desa Siyai. Pokdarwis dibentuk semenjak tahun 2010 dengan anggota 30 orang. Sedangkan di Desa Lintah dan Desa Nyanggai juga sudah ada Pokdarwis. Di Nyanggai 30 orang anggotanya sedang mengurus air terjun Mantoba. Setiap minggu air terjun ini sering dikunjugi wisata lokal.

“Di  Lintah Pokdarwis dibentuk tahun lalu dengan angggota 32 orang. Mereka mengurus Danau Lintah yang memang sudah terkenal. Juga sering dikunjungi oleh orang-orang lokal,” pungkasnya. (Ira/kn)
Diberdayakan oleh Blogger.

Total Pageviews

Sekilas