Ketapang adalah salah satu Kabupaten
di Kalimantan Barat yang memiliki potensi alam dan kebudayaan yang sangat
tinggi, sehingga Kabupaten Ketapang atau bisa juga disebut sebagai Kota Kayong
cukup terkenal. Budaya yang berkembang di Kabupaten Ketapang sanggat banyak,
hampir setiap daerah di Kabupaten Ketapang memiliki ciri budayanya sendiri.
Semua itu adalah bentuk perpaduan yang terjadi dari semua budaya
yang ada. Selain itu Ketapang juga dikenal dengan istilah Tanah Kayong yang
memiliki sejarah kerajaan dan berbagai Seni Budaya terdapat didalam kebudayaan
itu. Seni Budaya adalah wujud dari rasa kagum dan penghargaan semua masyarakat
Kayong dengan perkembangan budaya yang ada. Setiap daerah di Kabupaten Ketapang
memiliki seni-seni yang bermacam ragam dan menarik. Salah satu seni budaya yang
terus dijaga untuk dilestarikan di Kabupaten Ketapang adalah Syair Gulung.
Syair Gulung di jadikan suatu alat untuk para pemuda atau siapapun untuk
mengungkapkan segala apa yang ada di dalam fikiran nya.
Asal Mula Syair Gulung pada awalnya
hanyalah sebuah bentuk karangan atau disebut kengkarangan, lambat laun berubah
menjadi Syair Gulung dikarenakan ditulis di atas kertas kemudian digulung dan
disimpan di dalam paruh burung, di dalamnya banyak memuat bentuk-bentuk
dari penginternalisasian terhadap ayat-ayat Al-Qur`an, berupa bait-bait kata
yang indah mengandung nasehat dan petunjuk hidup agar senantiasa masyarakat
berpegangan teguh dengan al-Qur`an sebagai sumber hukum agama yang juga
merupakan firman dari Rabb Aja Wa Jala dalam kehidupan kesehariannya sebagai
seorang Melayu. Dahulunya Syair Gulung dipakai oleh para da`i-da`i yang datang
ke Tanah Kayong atau Tanjung Pura sebagai Mediasi dalam menyebarkan dakwah
Islam. Dalam sejarahnya Syair Gulung merupakan salah satu bentuk lisan namun
setelah masuknya Islam maka kerajaan Tanjung Pura mulai terbuka dengan dunia
luar dan mulai mengenal aksara, selain itu Syair Gulung mulai ditulis di atas
kertas atau apapun pada masa itu untuk memudahkan sang pengarang dalam
menyampaikan syairnya. Lewat tulisan memungkinkan terjadinya visualisasi atau
respons dari indra mata yang akanmerangsang otak dari si pengarang menghapal
dari tulisannya tersebut. Menurut sejarah masuknya Syair Gulung ke Tanah
Kayong, tanah Tanjung Pura yang sekarang bernama Kabupaten Ketapang, seiring
dengan berkembangnya ajaran Islam. Penyiar agama Islam pada waktu itu bernama
Syekh Hasan al-Qadrie
Pada zaman kejayaan Kerajaan Tanjung
Pura, masyarakat pada waktu itu banyak yang masih menganut agama Hindu dan
Animisme, terutama masyarakat yang tinggal jauh dari pusat kerajaanTanjung
Pura, oleh karena itulah Syekh Magribi menggunakan berbagai macam cara
untuk menyiarkan agama Islam. Salah satu sarana pendekatannya adalah
menggunakan pendekatan kesastraan sebab dengan bahasa sastra dapat menyentuh
sisi intuisif dari yang mendengarkannya. Ini juga didukung oleh kebiasaan
masyarakat Melayu yang gemar melantunkan Syair dalam bentuk apapun.
Menurut sumber dari para pemuka adat Melayu yang tergabung dalam Majelis Adat
Budaya Melayu (MABM), ada beberapa versi tentang sejarah keberadaan
Syair Gulung. Kebanyakan dari mereka menyepakati bahwa Syair Gulung pada
dasarnya sudah ada di Tanah Kayong Tanjung Pura pada saat Islam pertama kali.
Kemungkinkan Islam masuk dibawa oleh Syekh Hasan Al-Qadrie atau juga dibawa
oleh da`i-da`i dari bangsa Melayu yang datang ke Tanah Kayong yang kemudian
dilanjutkan oleh Syekh Magribi.
Adapun dari mereka yang meyakini
bahwa Syair Gulung pada dasarnya sudah ada jauh sebelum masuknya Islam,
dikarenakan bangsa Melayu merupakan bangsa yang gemar akan sastra, dan sastra
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan orang-orang Melayu
Sehingga unsur-unsur Islami yang ada di dalam Syair Gulung merupakan bentuk
akulturasi dari internalisasi nilai-nilai Islam yang direduksi dari Al-Qur`an
dan Hadits ke dalam sastra sebagai mediasi pendekatan dakwah.
Pada mulanya Syair Gulung
mensyiarkan tentang sejarah Kehidupan Nabi Muhammad sebagai mediasi dakwah.
Lambat laun peranan Syair Gulung mengalami perubahan tidak hanya sebagai
mediasi dalam berdakwah tetapi juga sudah masuk dalam aspek-aspek lain dari
kehidupan masyarakat Melayu Tanah Kayong seperti pada zaman sekarang Syair
Gulung sering dilantunkan di acara-acara adat, acara pernikahan, sunatan,
selamatan orang naik Haji, bahkan merebah sampai ke acara-acara resmi di
dalam pemerintahan Kabupaten Ketapang. Dari aspek inilah menjadikan Syair
Gulung bertambah perannya dalam kehidupan Masyarakat Melayu Tanah Kayong.
Syair gulung dimulai dengan puji
pujian kepada Allah, Rasul serta para sahabat seperti pada permulaan
pidato atau khutbah seperti contoh berikut ini:
Bismillah itu Permulaan Qalam
Dengan Name Allah Haliqul ‘Alam
Memberi Syafaat Siang dan Malam
Kepade Mahluk Seisi Alam
Alhamdulillah Mule dikate
Memuji Allah Tuhan Semeste
Empat Puji Ade Beserte
Semua Terpulang Pade Allah Ta’ale
Ashshala Tu Washshala Mu’ala Saidine
Pesuruh Allah Tuhan Rabbane
Dielah Penghulu Alim Sempurne
Menyuruh Beriman Tiade Line