Gawai Dayak dan Sejarah Perkembangannya
Ada banyak cara untuk mengungkapkan rasa
syukur, salah satunya adalah dengan menggelar serangkaian upacara adat.
Gawai Dayak adalah satu-satunya, upacara adat ini rutin digelar suku
Dayak di Pontianak, Kaalimantan Barat
dan telah berlangsung sejak puluhan tahun. Inti pelaksanaan upacara ini
adalah sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Jubata (Tuhan) atas
panen yang melimpah, sekaligus memohon agar panen berikutnya diberi
kelimpahan.
Gawai Dayak tradisional biasanya
dilaksanakan selama tiga bulan oleh suku Dayak di Kalimantan, khususnya
Dayak Iban dan Dayak Darat sebagai wujud syukur atas hasil panen. Ada
sejumlah upacara yang harus dilakukan dalam Gawai Dayak. Upacara adat
tersebut menjadi semacam rangkaian prosesi baku yang harus dilewati.
Beragam makanan tradisional dan sejumlah sesaji pun tak lupa disiapkan
sebagai salah satu unsur penting upacara.
Seiring perkembangan zaman dan isu
kepentingan, kini upacara Gawai Dayak tradisional mengalami beberapa
penyesuaian namun tetap mempertahankan unsur-unsur penting terutama
urutan dan prosesi upacaranya itu sendiri. Bekerja sama dengan
pemerintah daerah Gawai Dayak kini hanya digelar selama sepekan dan
rutin dilaksanakan pada 20 Mei setiap tahunnya. Nama kegiatan bermuatan
kepentingan budaya ini pun sekarang dikenal dengan Pekan Gawai Dayak.
Pekan Gawai Dayak digagas berawal dari
keinginan untuk saling memperkuat, mengenalkan tradisi Dayak, sekaligus
sebagai ajang pelestarian tradisi leluhur. Gawai Dayak sendiri adalah
upacara adat tradisional yang menjadi semacam media mempererat suku
Dayak dan bagian penting dari pekan adat tersebut. Kesadaran tersebut
bermula pada tahun 1986 ditandai dengan terbentuknya Sekretariat
Kesenian Dayak (Sekberkesda). Sekberkesda bertugas menggelar dan
mengonsep seni budaya Dayak yang kemudian menggagas pekan seni budaya
yang kini dikenal dengan Pekan Gawai Dayak.
Sejak tahun 1986, Pekan Gawai Dayak
telah dilaksanakan secara terorganisir dan mendapat pendanaan dari
pemerintah daerah. Disebutkan bahwa Pekan Gawai Dayak bermuatan politis
karena tidak murni tradisional melainkan mengandung kepentingan
pengembangan pariwisata dan bahkan kepentingan yang bersifat politis.
Akan tetapi, terlepas dari itu, Pekan Gawai Dayak terbukti telah memberi
dampak positif bagi pelestarian sekaligus pengembangan budaya Dayak di
Kalimantan Barat. Ia menjadi semacam pemantik kecintaan terhadap budaya
lokal suku Dayak yang kemudian mendorong usaha pelestarian dan promosi
wisata. Pekan Gawai Dayak tentunya berpotensi sebagai kegiatan yang dari
segi ekonomi akan pula memberikan kontribusi positif bagi masyarakat
dan daerah.
Terlepas dari berbagai isu kepentingan
politis, Pekan Gawai Dayak juga mendapat dukungan dari masyarakat budaya
Dayak karena bagaimanapun kegiatan tersebut memiliki kepentingan
pelestarian budaya lokal. Sekberkesda sendiri mendapat dukungan dari
sekira 23 sanggar yang merupakan representasi kelompok subsuku Dayak
yang ada di Pontianak, Kalimantan Barat.
Prosesi Gawai Dayak Tradisional dan Pekan Gawai Dayak
Gawai Dayak tradisional adalah
pelaksanaan upacara pasca panen yang meliputi serangkaian upacara adat
sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas kelimpahan hasil panen.
Gawai Dayak tradisional pelaksanaannya dapat memakan waktu hingga tiga
bulan, yaitu biasanya pada Bulan April sampai Juni. Pelaku upacara adat
akan mengenakan pakaian tradisional berikut perhiasan tradisional
seperti manik orang ulu dan kerajinan perak tradisional.
Dalam upacara Gawai Dayak, terlebih dahulu akan diadakan ngampar bide
atau menggelar tikar. Upacara ini hanya dan khusus digelar menjelang
pelaksanaan upacara Gawai Dayak yang biasanya berlangsung di rumah
Betang Panjang, rumah adat di Kalimantan Barat. Tujuannya adalah memohon kelancaran dan kemudahan selama pelaksanaan upacara Gawai Dayak. Dalam ngampar bide sendiri terdapat serangkaian tahapan pelaksanaan, yaitu nyangahathn manta’ (pelantunan doa/mantra) sebelum seluruh kelengkapan upacara disiapkan dan ngadap buis, yakni tahapan penyerahan sesaji (buis) kepada Jubata (Tuhan).
Nyangahatn manta’ terbagi menjadi tiga bagian, yaitu matik (semacam upacara pemberitahuan kepada kepada awa pama atau roh leluhur dan Jubata (Tuhan) tentang akan diadakannya upacara tersebut; ngalantekatn (memohon keselamatan bagi semua pihak pelaksanan upacara); dan mibis (semacam upacara pemurnian agar kotoran musnah). Dalam upacara nyangahatn manta, sesuai namanya, sesaji yang disiapkan biasanya adalah bahan yang belum masak atau mentah (manta).
Upacara selanjutnya disebut ngadap buis (nyangahatn masak); merupakan upacara adat puncak dari keseluruhan proses ngampar bide dimana seluruh peraga adat sudah tersedia. Pada tahapan ini, sesaji (buis) yang berupa makanan masak dipersembahkan kepada awa pama dan Jubata, sebagai wujud rasa syukur sekaligus permohonan berkat.
Ngampar bide dihadiri para
tokoh Dayak yang berperan dalam menyiapkan Gawai. Mereka membahas
persiapan, menyiapkan, dan tentunya melaksanakan acara inti, yaitu
memohon perlindungan Jubata atas kelancaran upacara. Pada upacara
penutupan akan digelar gulung bide (gulung tikar) yang menandai berakhirnya upacara.
Pekan Gawai Dayak (Gawai Dayak modern)
masih melaksanakan serangkaian upacara tersebut di atas tetapi tidak
memakan waktu berbulan-bulan. Sesuai namanya, upacara ini hanya
dilaksanakan dalam waktu sepekan, setiap 20 Mei sebagaimana diarahkan
oleh Gubernur Kalimantan Barat terdahulu, Kadarusno. Pekan adat ini
tidak hanya diramaikan oleh kegiatan upacara tetapi juga beragam
kegiatan seni yang melibatkan banyak kalangan masyarakat di Kalimantan.
Seminar budaya, pementasan tari
tradisional yang biasanya menandai dimulainya Pekan Gawai Dayak akan
pula mewarnai acara tersebut. Ada pula beragam atraksi budaya khas
Dayak, termasuk ditampilkannya beberapa permainan tradisional. Ada juga
beragam stand sebagai tempat menyuguhkan aneka budaya dan produk budaya
khas Dayak, seperti kerajinan tangan, produk seni, dan makanan khas
tradisional Dayak. Bahkan, ada pula sejumlah perlombaan yang berlangsung
selama Pekan Gawai Dayak, misalnya lomba memasak masakan tradisional,
dan acara menarik lain.
waa, trimakasih atas informasinya ,
BalasHapus